Latar Belakang
Masalah
kependudukan sudah menjadi masalah global. Pertambahan penduduk yang tidak
terkendali dapat mengakibatkan kebutuhan hidup meningkat, sedangkan kualitas
lingkungan semakin menurun. Hal tersebut mengakibatkan tidak seimbangnya antara
persediaan sumber-sumber daya yang ada dengan kebutuhan sehingga kesejahteraan
hidup kurang terwujud. Tanpa ada pengendalian laju pertumbuhan penduduk, suatu
saat manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Saat itu seluruh sumber
daya yang ada tidak mampu menghidupi
penduduknya secara layak atau kesejahteraan tidak terwujud. Untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan dan perlunya
usaha konservasi terhadap sumber-sumber daya alam. Masalah kependudukan yang
terjadi di dunia berimbas pula pada
Negara bagian seperti Indonesia, bahkan di Indonesia lebih kompleks
karena Indonesia termasuk negara kepulauan yang mempunyai lebih dari 13.666
pulau dan berbagai suku bangsa dengan adat dan lingkungan yang berbeda-beda.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 sesudah RRC,
India, USSR, dan USA, sangat merasakan dampaknya. Banyaknya jumlah penduduk
berdampak positif dan negative. Dampak positifnya adalah semakin banyaknya sumber
daya manusia yang dapat mengabdikan diri untuk memajukan Negara disegala
bidang. Namun jika pertumbuhan penduduk tanpa diimbangi dengan peingkatan
kualitas sumber daya manusianya juga
akan berdampak negative bagi Negara tersebut. Dampak negative itu seperti
munculnya masalah-masalah kependudukan akibat kurangnya sarana untuk
mengimbangi jumlah penduduk dan penyebarannya yang tidak merata, masalah
social, dan
sebagainya
yang semakin lama semakin kompleks. Jika hal ini tidak segera ditanggulangi
maka akan terjadi ledakan penduduk. oleh sebab itu, pertumbuhan penduduk harus
dikontrol setiap saat agar dapat dikendalikan lajunya.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana
perkembangan penduduk dunia ?
b. Bagaimana
perkembangan penduduk Pulau Jawa ?
c. Bagaimana
perkembangan penduduk Indonesia ?
Tujuan
a. Menjelaskan
perkembangan penduduk dunia.
b. Menjelaskan
perkembangan penduduk pulau Jawa.
c. Menjelaskan
perkembangan penduduk Indonesia
A. Sejarah
Perkembangan Penduduk: Dunia dan Indonesia 1.
Perkembangan penduduk Dunia Perkembangan
jumlah penduduk dunia sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia dalam
berinteraksi dengan alam sekitar. Ada tiga tahap perkembangan peradaban manusia
hingga kini yaitu: -
Jaman ketika manusia mulai mempergunakan
alat-alat untuk menanggulangi kehidupannya. Jaman ini berlangsung beberapa juta
tahun lalu yang terbagi atas jaman peralatan batu tua, batu muda, dan perunggu. Jaman ketika manusia mulai mengembangkan usaha
pertanian menetap yang mengubah kehidupannya yang semula dengan berburu dan
nomaden menjadi bertani dan menetap disekitar pertanian tersebut. -
Jaman mulainya era industrialisasi sekitar
abad ke-17 sesudah Masehi yang ditandai dengan tumbuhnya pusat-pusat industry
dan berkembangnya kota-kota permukiman
manusia (Tomlison, 1965) Pertumbuhan penduduk terlihat meningkat kira-kira pada
6000-9000 tahun lalu ketika teknik bertani sudah mulai dikenal dan menyebar
dibeberapa bagian dunia yang
memungkinkan produksi pangan meningkat sehingga manusia semakin makmur. Selain
itu berkembangnya ilmu pengetahuan dan
perkembangan teknologi dalam mengolah sumber daya alam yang ada juga
membuat kehidupan manusia semakin baik. Revolusi petanian yang memungkinkan
bertambahnya manusia melebihi jumlah 20
juta. Pada 6000 tahun yang lalu, yaitu kira-kira saat munculnya Kerajaan Mesir,
penduduk manusia diperkirakan sudah mencapai 90 juta jiwa. Itu berarti sekitar 4000 tahun penduduk
telah bertambah kira-kira 10-16 kali lipat. Di sekitar jaman kristus ditaksir
penduduk sudah mencapai antara 200-300 juta jiwa dan pada tahun 1650 permulaan
jaman modern jumlah itu menjadi sekitar
setengah milyar jiwa. Pada permulaan jaman Revolusi Industri (1750) penduduk
diperkirakan telah menjadi 728 juta
jiwa. Berkaitan dengan tahap perkembangan teknologi maupun peristiwa-
peristiwa sosial ekonomi penting yang dialami penduduk dunia, maka sejak tahun
1650 Thomson dan lewis (1978) membagi periode perkembangan penduduk dunia ke dalam lima periode, yaitu:
Periode 1650-1800
Ditandai dengan perkembangan teknik-teknik pertanian
baru, pendirian pabrik-pabrik dalam
tahap awal serta pengembangan sarana transportasi dan perhubungan, disertai
dengan kestabilan politik yang relatif terjadi dibanyak negara di dunia.
Penduduk dunia pada akhir periode ini
diperkirakan sebanyak 900 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 0,4 persen per tahun. 2.
Periode 1800-1850
Pertumbuhan penduduk dunia sudah menunjukkan
variasi antara negara satu dengan yang lain maupun antara satu kawasan benua
dengan kawasan benua yang lain. Di Eropa dalam waktu 50 tahun penduduknya bertambah sekitar 33,3 persen.
Peningkatan penataan kehidupan politik dan ekonomi bangsa-bangsa pada masa ini
mendorong stabilnya penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk, di samping
kesadaran kesehatan lingkungan. 3.
Periode 1850-1900
Ditandai dengan sudah banyaknya
negara di dunia yang sudah melaksanakan sensus penduduk secara lengkap,
sehingga data kependudukan dunia sudah semakin banyak dan reliabilitasnya
semakin tinggi. Kemajuan teknologi pada masa ini semakin mendorong peningkatan
produktivitas manusia. Pengorganisasian kehidupan sosial, ekonomi, dan politik
penduduk negara-negara barat semakin nampak terutama daerah urban. Dalam
periode ini juga telah mulai menurunnya tingkat fertilitas di beberapa negara,
sudah timbul kesadaran dan keyakinan bahwa pertumbuhan penduduk sepenuhnya
dapat dikendalikan dari tingkat kelahiran dan kematian. 4.
Periode 1900-1930
Peristiwa dunia yang membawa
pengaruh demografis yang besar ialah Perang Dunia 1. Dalam peristiwa ini banyak
penduduk yang meninggal di medan perang, ataupun meninggal karena buruknya keadaan
ekonomi. Banyak negara yang dilanda penyakit yang menyebabkan kematian terutama
infeksi. 5.
Periode 1930 sampai sekarang
Merupakan periode peledakan
penduduk dunia yang cukup besar terutama setelah Perang Dunia II. Peningkatan
pelayanan kesehatan semakin meningkat terutama dengan penemuan berbagai jenis
obat anti biotika. Penemuan teknologi-teknologi modern semakin mendorong
peningkatan kualitas hidup. Disatu pihak keadaan ini justru semakin mensukseskan usaha
pengendalian penduduk negara-negara maju, namun sebaliknya di negara-negara
yang belum maju terutama pada awal periode justru mendorong pertambahan
penduduk yang cukup besar. Dalam periode inilah angka 4 Milyar dari jumlah penduduk dunia dicapai. Dalam periode ini
pula, kesadaran akan penurunan tingkat
kelahiran sebagai usaha menekan laju pertumbuhan penduduk, menjadi progam internasional yang
mencakup hampir semua negara di dunia. Jika penduduk dunia terus bertambah
dengan kecepatan 2% setahun maka dalam sekitar tujuh abad lagi maka hanya akan
ada tempat untuk duduk di dunia ini. Penduduk dunia tidaklah bertambah secara
merata menurut tempat. Sebagian daerah bertambah secara cepat dari yang
lainnya, jadi disamping jumlah, distribusi penduduk menurut geografi juga perl
diperhatikan. Terjadinya ledakan penduduk dimulai dari Eropa karena Revolusi
Industri dimulai disana. Bangsa Eropa kemudian menyebar ke Amerika (utara
sampai selatan), Australia, Afrika Selatan, dan Selandia Baru. Kemudian
menjajah hampir seluruh dunia. Perkembangan penduduk dunia mula-mula berjalan
lambat hingga zaman modern dan kemudian berjalan dengan semakin cepat sepanjang
sejarah manusia hingga tahun 2000. Sehingga pertumbuhan penduduk sulit
dikendalikan dan akan berakibat pada ledakan penduduk.
Perkembangan Penduduk Jawa Abad
Ke-19 Indonesia, sekali pun untuk Jawa, informasi atau data demografi abad
ke-19 yang tersedia sangat terbatas. Bahkan informasi yang sangat dasar seperti
angka-angka jumlah penduduk sering merupakan sumber perdebatan. Para ahli pada
umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi angka-angka jumlah penduduk
resmi awal abad ke-19. Namun angka-angka tersebut seperti angka
"sensus" Raffles masih dipandang bermanfaat. Bahkan ada
penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu rendah sebagai penduduk
Jawa di permulaan abad ke-19, telah mengambil data "sensus" Raffles
tersebut sebagai hitungan awal. Breman berpendapat bahwa angka-angka
pertambahan penduduk Jawa pada abad ke-19 atas dasar angka-angka resmi lebih
tinggi daripada kenyataan yang sesungguhnya walaupun dibandingkan dengan
abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat praindustri lainnya, Jawa mengalami
pertambahan penduduk yang sangat cepat.
Alasan-alasan terpenting yang umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat di Jawa berkisar
pada:
A. Terjadinya
perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi;
B. Meluasnya
pelayanan kesehatan; kongkritnya adalah introduksi vaksinasi cacar;
C. Perwujudan
ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda. Perkembangan penduduk dihubungkan
dengan meningkatnya pengaruh sistem pemerintah kolonial Belanda terhadap
berbagai lapangan kehidupan. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia, penduduk
tahun 2010 menunjukkan jumlah 238,5 juta jiwa.
Sebanyak 54,7 persen penduduk
Indonesia atau sekitar 305,6 juta jiwa terpusat di area Pulau Jawa (Tempo.co, 8
Februari 2013). Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di
Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan
sensus penduduk yang dilakukan pada 2010, kepadatan penduduk sudah terjadi di
Jawa Barat sejak saat itu hingga dua dasawarsa mendatang. Yang mana pada tahun
2035, Jawa Barat diperkirakan akan menjadi provinsi terpadat dengan jumlah
penduduk 57,1 juta jiwa. Berdasarkan
data proyeksi Badan Pusat Statistik, pertumbuhan penduduk di Jawa Barat 18,6
persen pada 2035. Kepadatan penduduk secara berurutan juga terjadi di Provinsi Jawa Timur 41,1 juta
jiwa, Jawa Tengah 37,2 juta jiwa, Banten
16,03 juta jiwa, dan Jakarta 11,4 juta jiwa. Adapun pertumbuhan penduduk di Jakarta berada di
kisaran 3,9 persen hingga 2035. Dalam hal pertumbuhan penduduk sebenarnya pulau
Jawa adalah daerah dengan pertumbuhan penduduk paling rendah dibanding dengan
daerah-daerah lainnya, seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya. Namun untuk kepadatan, pulau Jawa-lah yang
menempati posisi teratas pulau dengan
penduduk tertinggi. Bertambah padatnya penduduk pulau Jawa tidak terlepas dari
meningkatnya proses urbanisasi khususnya
ke Jakarta dan daerah penyanggah lainnya, di mana prosesnya meningkat setelah era
1980-an. Jika pada 1980, urbanisasi ke Jakarta mencapai 93,69 persen, kemudian
meningkat menjadi 100 persen pada 1990
dan stabil 100 persen pada 1995. Meskipun begitu, pulau Jawa masih unggul dalam
tingkat migrasi keluar dengan 2,59% pada tahun 1980. Tingginya tingkat migrasi
ini jelas berkaitan dengan semakin
kritisnya jumlah penduduk masyarakat Jawa. Dilihat dari segi asal migran, yaitu
pulau tempat tinggal sebelumnya, maka nampak bahwa mayoritas migran berasal
dari pulau Jawa yaitu 61,88% pada tahun 1980. Kemudian disusul dengan pulau
Sumatra dengan 16,49%. Dari uraian di atas sekiranya dapat dikatakan bahwa
migrasi penduduk Indonesia identik dengan migrasi penduduk Jawa-Sumatra. Hal
ini disebabkan karena volume serta arah migrasi di luar Jawa-Sumatra kurang
memberi bentuk serta warna terhadap fenomena migrasi di Indonesia (Sunarto,
1985: 57)
alam hal migrasi masuk, lebih
dari seperempat dari jumlah migran total di Indonesia telah memasuki Jakarta.
Tidak kalah menariknya adalah ketiga provinsi
di pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Jawa Timur. Ketiga
provinsi yang amat padat ini menerima imigran dari provinsi lain luar pulau
jawa sebesar 23,51% dari jumlah migran seluruh Indonesia. Masuknya
migran-migran dari luar pulau Jawa untuk meninggali pulau Jawa tidak lain
karena faktor ekonomi. Banyak sekali kegiatan ekonomi yang berada di pulau Jawa
dan juga aksesibilitas pulau Jawa sangat mudah dibanding daerah lainnya. Segala
jenis moda transportasi lengkap di pulau Jawa untuk menunjang perekonomian.
Dengan kemudahan ini pastinya harga-harga kebutuhan di Pulau Jawa bisa
dikatakan murah dibanding pulau-pulau
lainnya. 3.
Penduduk Indonesia Abad ke-20
Dalam zaman sebelum Indonesia merdeka, pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih seksama mencakup seluruh
wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada tahun 1920 yang dikenal
sebagai Sensus Penduduk 1920. Sesudah itu berlangsung lima kali pengumpulan
data penduduk melalui sensus yaitu satu kali sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1930, dan empat kali setelah
Indonesia merdeka masing-masing pada
tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990. Data jumlah penduduk dari keempat sumber ini
cukup dapat dipercaya. Dalam masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah
penduduk Indonesia hampir menjadi tiga (3) kali lipat. Suatu percepatan
perkembangan penduduk telah terjadi di
Indonesia dalam jangka waktu lima (5) dekade terakhir hingga tahun 1980. Namun
pada periode 1980-1990 perkembangan
penduduk Indonesia secara keseluruhan telah menurun menjadi sekitar
2,0 persen per tahun. Perkembangan
penduduk tahunan yang sedang berlangsung
dewasa ini lebih rendah di Jawa dibandingkan dengan kebanyakan pulau-pulau lain
di luar Jawa.
Jumlah Penduduk di suatu Negara
tidak terlepas dari masalah pertambahan
penduduk alami. Dimana beberapa Negara berkembang mempunyai pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi
(Sunarto, 1985: 1). Negara berkembang
seperti Indonesia, angka pertumbuhannya berada dikisaran 2,3%, berbeda dengan
Negara maju seperti Belanda, Inggris ataupun Jerman yang berada di angka
kisaran -0,2%. Dengan angka 2,3% maka Indonesia akan mengalami lonjakan
jumlah penduduk yang tinggi. Berdasar
pada hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 1980, jumlah penduduk Indonesia
sebesar 147.490.000 jiwa. Kemudian menurut Sensus Penduduk Indonesia pada tahun
2010 penduduk Indonesia sudah berjumlah 238.500.000 jiwa. Kita bisa bayangkan
betapa dahsyatnya perkembangan penduduk Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun.
Dengan jumlah tersebut Indonesia menempati posisi ke empat dengan jumlah
penduduk Negara terbanyak. Kedudukan tersebut ternyata tidak berubah sejak
tahun 1961. Jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan permasalahan apabila
tidak dimanfaatkan dengan baik. Besarnya jumlah penduduk di Indonesia lebih
merupakan beban daripada modal pembangunan. Hal ini disebabkan karena penduduk Indonesia bersifat konsumtif
(Sunarto, 1985: 2). Selain konsumtif, masyarakat Indonesia dirasa masih belum
mampu menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri. Keadaan itu berbeda jauh dari
Negara Jepang, yaitu jumlah penduduk yang besar merupakan kekayaan dan modal
utama bagi lajunya pertumbuhan ekonomi. Banyak orang-orang Jepang membuka
lapangan pekerjaan sendiri dengan berskala Internasional. Besarnya jumlah
penduduk di Indonesia dari sensus ke sensus terus meningkat, sedangkan daya
dukung alam (kekayaan alam) yang tersedia tidak pernah bertambah, bersifat
terbatas, sehingga makin lama makin menipis (Muhsinatun dkk, 2002: 24).
Sehubungan dengan peningkatan jumlah
penduduk dan penipisan sumber alam, kesejahteraan hidup pun semakin rendah dan
akan menambah jumlah masyarakat miskin.
Besarnya jumlah penduduk juga
akan berdampak pada penyempitan lahan hijau. Hal ini dikarenakan banyaknya
orang yang membutuhkan lahan untuk
pemukiman dan juga untuk membuka usaha, yang mana mengorbankan lahan
terbuka hijau. Hal inilah yang menyebabkan kepadatan penduduk semakin tinggi.
Kepadatan ini biasanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya,
Bandung. Di kota-kota besar harga tanah terus meninggi, sehingga hanya golongan
ekonomi kuat yang mampu memiliki rumah, sementara golongan terbesar masyarakat
tidak memiliki rumah yang layak, bahkan
tidak sedikit yang tunawisma dan hidup sebagai gelandangan. Untuk dapat
mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan perbaikan terpadu dari seluruh
bidang kehidupan, dalam hal ini meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan,
kebutuhan pangan. 1.
Sarana kesehatan Pemenuhan sarana
kesehatan perlu untuk dikaji lebih lanjut, apabila dalam pemenuhan sarana
kesehatan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah penduduk yang setiap
tahun bertambah. Hal ini akan menjadikan sebuah masalah baru yang akan menambah
masalah yang telah ada sebelumnya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan sarana
kesehatan pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas sarana
kesehatan, diantaranya dengan membuat jaminan pemeliharaan kesehatan berupa
asuransi sosial kesehatan seperti penduduk negara maju. 2.
Sarana Pendidikan Kebutuhan akan
pendidikan tidak dapat dipungkiri merupakan kebutuhan pokok penduduk yang telah
menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Sebab hal ini sangat terkait
dengan indikator laju pertumbuhan
penduduk lainnya. Pemenuhan sarana pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah
harus dapat memenuhi permintaan masyarakat terutama bila terkait dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tiap tahun mengalami kenaikan. Sarana pendidikan ini
digunakan untuk membentuk SDM yang tangguh untuk bersaing di dunia kerja.
Pendidikan yang dapat membangun
manusia Indonesia yang mampu mengantisipasi, melakukan prevensi dan adaptasi
serta berjuang melawan pengaruh-pengaruh luar negeri agar tidak mengganggu
kehidupan bangsa Indonesia. Namun, hal itu harus di dukung dengan dengan sarana
dan prasarana yang memadai seperti memperkuat kelembagaan pendidikan dan
fasilitasnya, program pendidikan
berkualitas tersebar secara geografi, dan juga penguasaan pengetahuan
ekonomi dasar dan ekonomi pembangunan yang benar. 3.
Kebutuhan Pangan
Kebutuhan pangan merupakan salah
satu kebutuhan primer manusia yang tidak dapat ditunda lagi upaya pemenuhannya.
Hal itu merupakan bagian yang penting
terutama terkait dengan proses dan ciri makhluk hidup yaitu makan. Pertumbuhan
penduduk, baik dunia maupun Indonesia menjadi permasalahn paling mendasar dalam
pemenuhan pangan. Jika pertumbuhan
penduduk tidak terkontrol, Indonesia akan menghadapi masalah penyediaan pangan
dan pemeliharaan gizi masyarakat. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan
tingkat permintaan pangan yang tinggi.
Sebetulnya, permasalahan pemenuhan kebutuhan
pangan ini justru dapat menjadi peluang bagi Indonesia sebagai Negara
agraris karena sebagian besar mata pencaharian penduduk tergantung pada sektor pertanian. Perolehan pangan yang
cukup sesuai norma gizi merupakan hak azasi manusia karena hidup dan kehidupan
yang sehat adalah hak azasi manusia. Ketahanan pangan merupakan indikator
kesejahteraan individu (keluarga) sehingga mestinya menjadi salah satu tujuan
utama pembangunan. Ketahanan pangan
sebagai prasyarat untuk pembangunan sumber daya manusia yang sehat
menjadikannya sebagai instrumen
pembangunan. Pembangunan hanya dapat berhasil jika dilaksanakan dan
didukung oleh insan yang sehat dan produktif. Ketahanan pangan yang mantap juga
esensial untuk menjaga stabilitas sosial-politik yang pada gilirannya berfungsi
sebagai prasyarat pelaksanaan pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar
harusnya menjadi sumber kekuatan bagi negaranya dan bukan malah menjadi beban
untuk negaranya. Bila penduduk yang
berada di dalam Negara tersebut memiliki daya saing yang tinggi dan kompetensi
yang teruji, secara otomatis penduduknya menjadi sumberdaya bagi negaranya.
Ketika penduduk di suatu Negara telah menjadi sumberdaya bagi negaranya. Maka,
ini merupakan suatu point penting
berkenaan dengan ketahanan nasional di negaranya. Apa sebabnya? penduduk yang
menjadi sumberdaya, mereka mempunyai kekuatan untuk dapat menghasilkan sesuatu
ketika negara tersebut di embargo oleh negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar